Browse »
Home »
Tulisan 2ka43 Teori Organisasi Umum 1
» Mau diajak diskusi kok malah menyuruh pergi
Mau diajak diskusi kok malah menyuruh pergi
Mau diajak diskusi kok malah menyuruh pergi Kurang lebih begitulah kesanku pada mereka yang dengan santainya
ngetwit, “Kalau tak suka twitku ya unfollow saja.” Aku dua atau tiga
kali mendapatkan balasan seperti itu ketika coba beradu argumentasi
dengan orang yang ngetwit isu tertentu.
Biasanya sih aku nyamber karena tak
setuju dengan kicauan si teman tersebut. Bagiku wajar. Namanya diskusi
kan selalu ada pro kontra. Cuma jadi tak asyik ketika si orang yang
ngetwit bilang untuk unfollow saja. Kesannya itu dia dengan santainya
menyuruh kita pergi. Padahal niatnya ngajak diskusi.
Begini. Twitter itu ruang terbuka di mana setiap orang bisa terlibat
di dalamnya. Itu ruang publik, tempat di mana siapa saja bisa terlibat
di dalamnya.
Anggap saja Twitterland serupa pasar. Di pasar itu warga berkumpul
dan berbicara menurut kesukaan (preferensi) masing-masing. Ada yang
suka dengan motivasi, maka dia berkumpul dengan sesama pecinta motivasi.
Mereka rame-rame mendengarkan siraman rohani. Namun, ada yang suka
nglawak maka ngumpul di tempat di mana ada pelawak.
Uniknya, setiap orang di pasar ini juga bisa jadi pemain, tak cuma
penonton. Pola interaksi ini mirip skema World Cafe dalam salah satu
metode diskusi. Tiap orang bisa datang dan pergi kapan saja dia mau.
Kerumunan itu dibentuk oleh orang per orang. Di sana ada interaksi.
Ada diskusi. Ada tanya jawab. Ada pro kontra.
Begitu pula di Twitterland. Bagiku dia tak hanya tempat berinteraksi
tapi diskusi. Ada dialog. Dan itu mencerahkan. Bukankah sintesis lahir
dari tesis dan antitesis. Kesimpulan dihasilkan lewat pertanyaan,
jawaban, gugatan, dan seterusnya.
Karena itu pula, menurutku, Twitterland seharusnya bisa jadi tempat
diskusi. Kalau ada yang tak setuju dengan pendapat kita ya direspon
sebisanya. Kalau tak cukup data atau fakta, cari dulu tambahan
informasinya untuk memperkuat argumentasi. Dengan begitu kita belajar.
Kalau ternyata kita memang tak benar, terutama fakta, bukan opini ya
akui saja kita memang tak benar. Sebaliknya, kalau memang benar ya
ngototlah bahwa itu benar. Sodorkan bukti. Kuatkan argumentasi.
Tapi ini tak berlaku untuk opini. Menurutku urusan opini itu urusan
subjektif. Tiap orang bisa berbeda satu sama lain. Tak usah dulu
membandingkan dengan orang lain. Lha wong kadang dengan diri sendiri
saja bisa berubah-ubah sesuai situasi kok. Dulu merasa ngeblog paling
asyik. Eh, pas ketemu Facebook langsung hilang keasyikan ngeblognya.
Karena itu, jika memang punya pendapat ya silakan. Mari beradu
pendapat. Berdebat. Jangan sebaliknya, karena tak setuju didebat lalu
menyuruh orang lain minggat. Tak asyik..
Comments : Ada 0 komentar untuk Mau diajak diskusi kok malah menyuruh pergi
Posting Komentar